Friday, October 2, 2009

Pembelajaran dari Burung Penguin




Burung Penguin adalah burung yang mempunyai sayap namun tidak bisa terbang. Sekalipun ia tidak bisa terbang, namun, ia dapat menyelam di dalam air. Penguin dapat ditemukan di belahan bumi selatan, biasanya di pantai Antartika, pantai Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Australia. Habitat mereka adalah hidup di daerah bersalju. Satwa ini merupakan mahluk sosial, yang berkoloni atau berkelompok.

Setidaknya ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari makhluk lucu ciptaan Tuhan ini:

Pertama:

Pada musim kawin, hal pertama yang dilakukan para Penguin ini adalah mencari pasangan. Setelah hewan ini menemukan pasangan yang “sepadan,” hewan ini kemudian berusaha mempelajari nyanyian atau suara pasangannya. Dengan mempelajari dan mengingat suara Penguin betina, Penguin jantan tidak akan kehilangan pasangannya di tengah-tengah ribuan Penguin lainnya yang sedang berkerumun. Kita dapat membayangkan kemampuan Penguin jantan dalam mengenali satu suara Penguin betina di antara ribuan suara Penguin lainnya. Kemampuan mengenali suara ini juga dimiliki oleh bayi Penguin. Bayi Penguin dapat mengenali suara orang tua mereka hanya melalui suara saja. Kedekatan relasi antara pasangan Penguin jantan dan Penguin betina, membuat mereka saling mengenal suara pasangan masing-masing. Demikian pula hubungan relasi antara anak dan orang tua Penguin.

Hubungan relasi kita sebagai orang percaya dengan Allah, menentukan kepekaan kita akan suara-Nya. Semakin jarang hubungan relasi itu dibangun, maka tidak ada lagi intimasi yang akan berbuah kepada kepekaan kita akan suara-Nya. Ada banyak suara di dalam dunia ini. Dunia menawarkan berbagai suara yang sejenak terasa menyenangkan, namun menyesatkan. Dunia memberikan suara-suara yang membuat kita semakin jauh dari kebenaran. Hanya ada satu suara yang menawarkan kedamaian, kenyamanan, di mana di dalamnya ada cinta kasih, yakni suara Allah. Suara Allah yang menuntun kita semakin dekat kepada-Nya. Suara Allah membawa kita kepada hidup yang penuh dengan pengharapan. Kepekaan kita akan suara Allah, dimulai ketika ada relasi intim dengan-Nya. Sudahkah kita memiliki relasi yang intim dengan Tuhan?

“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku” (Yoh. 10:27).





Kedua:

Setelah masa kawin, Penguin betina hanya bertelur satu butir. Setelah Penguin betina mengeluarkan satu butir telur, kini giliran Penguin jantan bertanggung jawab untuk menjaga dan mengerami telur tersebut. Pada suhu minus 30 derajat celcius, Penguin jantan akan melaksanakan tanggung jawabnya sebagai ayah selama 65 hari tanpa bergerak. Bukan hanya tanpa bergerak, tetapi ia juga tidak dapat mencari makan. Penguin jantan harus tetap menjaga telurnya itu di antara kedua kakinya, agar panas dari tubuhnya membuat telurnya tetap hangat meskipun cuaca di luar sangat dingin. Tidak jarang kesetiaan seekor ayah Penguin, dibayar dengan kematian dirinya. Cuaca yang dingin, tanpa bergerak, tanpa makan, inilah pengorbanan seekor Penguin bagi anaknya.

Kalau hewan saja bisa menceritakan kasih sayang kepada anaknya dengan begitu total dan sempurna, masakan kita sebagai ciptaan paling baik dan sempurna dari ciptaan lainnya, tidak dapat memberikan dan melakukan kasih sayang secara total kepada anak-anak kita. Bagaimana seorang ibu tega mengaborsi anak yang dikandungnya sendiri? Masakan tega seorang ibu membuang anaknya sendiri di tempat sampah?

Allah sendiri mencontohkan bagaimana Kristus mati di kayu salib demi kita. Pengorbanan akan cinta kasih yang mendalam dari Allah bagi manusia berdosa, manusia yang sebenarnya tidak layak mendapat cinta dari Allah karena kekejamannya. Allah telah menciptakan Penguin, sebuah ciptaan yang cukup mempermalukan manusia yang tidak dapat mengasihi anak-anaknya. Kasih Allah dibuktikan dengan pengorbanan Anak-Nya, supaya kita dapat hidup bersama-Nya.

“Karena begitu besar Allah mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).

4 comments: