Tuesday, October 26, 2010

A NEW FRESH START


Mat. 9:14-17.
Perikop ini mungkin terasa membingungkan bagi pembaca awam. Sulit untuk memahami kaitan antara anggur baru, kantong kulit yang tua, dan orang Farisi. Apalagi kisah ini ditulis dalam tiga kitab Injil, tentu ada maksud dan kepentingannya bagi kita masa kini. Jadi apa maksudnya??

****

- Pada masa itu, anggur tidak disimpan di dalam botol-botol kaca, tetapi di dalam kantong kulit kambing yang dijahit sisi pinggirnya menjadi sebuah kantong kulit yang kedap air. Air anggur yang baru akan berfermentasi, mengembang, dan otomatis mengembangkan pula kantong kulit pembungkusnya. Nah, karena alasan inilah mengapa anggur baru tidak boleh disimpan di dalam kantong kulit yang tua. Jika air anggur yang berfermentasi disimpan di dalam kantong anggur yang tua, maka kantong tua yang sudah mengembang akan pecah. Karena itu, anggur baru selalu disimpan di dalam kantong kulit yang baru.
- Yesus menggunakan gambaran perumpamaan ini untuk menjelaskan bahwa Dia datang tidak untuk melengkapi sistem agama Yahudi yang tua, yang penuh dengan aturan-aturan dan tradisi-tradisi. Tradisi dan aturan-aturan tua dan kuno yang dilakukan oleh orang Farisi adalah seperti sebuah kantong kulit tua! Mereka tidak dapat menerima Yesus dan misi-Nya di dalam tradisi dan aturan lama mereka.
- Yesus membawa misi dan tujuan yang baru yang telah dinubuatkan berabad-abad lamanya. Injil Kerajaan Allah yang dibawa Yesus tidak cocok dengan sistem agama yang kuno dan tua. Kekristenan memerlukan pendekatan-pendekatan baru, dan struktur-struktur baru.

****

- Berita mengenai Injil selalu tetap “baru” karena selalu diberitakan dan diterapkan di dalam setiap generasi yang “baru.” Ketika kita menjadi pengikut Kristus, kita harus siap akan cara-cara baru bagaimana kita hidup, cara-cara baru memandang orang lain, cara-cara baru untuk melayani di setiap generasi. Jagalah hati kita supaya tetap menjadi hati yang selalu “baru” untuk menerima kebenaran Kristus yang mengubahkan hidup.
- Setiap program-program dan pelayanan dalam gereja jangan dikekang dan dibelenggu di dalam struktur yang tidak dapat disentuh oleh ide-ide baru, metode-metode baru, dan bahkan jamahan Roh Kudus yang mengubahkan. Janganlah juga hati kita menjadi hati yang kaku, yang menghalangi kita menerima cara pemikiran baru yang Kristus bawa. Jagalah hati kita supaya tetap menjadi hati yang terbuka lebar untuk diperbarui menerima berita Injil yang mengubahkan.

The Way to the Kingdom is the Way of the Cross


Teks Markus 15:29-32, khususnya di ayat 32 memperlihatkan ada dua penjahat yang turut disalibkan bersama dengan Yesus. Renunganku hari ini, teks ini dihubungkan dengan permintaan Yakobus dan Yohanes untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus kelak di dalam kemuliaan (Mrk. 15:35-39). Perikop Markus 15:35-39 berakhir dengan sebuah nasehat: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Mrk. 15:43-44). Dengan kata lain, bagi mereka yang ingin mendapat bagian di dalam kemuliaan Kerajaan Surga, hendaklah mereka menjadi hamba/pelayan bagi semua.

Ketika Yakobus dan Yohanes meminta Yesus untuk duduk di tempat terhormat di sebelah kanan dan kiri dalam kerajaan-Nya, Yesus mengatakan bahwa mereka berdua tidak tahu apa yang mereka minta (Mrk. 10:38). Di sini (Mrk. 15:29-32), ketika Yesus menderita tergantung di kayu Salib, sedang mempersiapkan peristiwa inaugurasi kerajaan-Nya melalui kematian-Nya, tempat di sebelah kanan dan kiri-Nya, diambil oleh orang yang juga menderita. Sebagaimana yang Yesus jelaskan kepada kedua murid yang haus kekuasaan, seseorang yang ingin dekat dengan Yesus di dalam kemuliaan, harus ikut menderita dan mati seperti yang Yesus sendiri lakukan. Bagi mereka yang ingin mendapat bagian di dalam kemuliaan Kerajaan Surga, hendaknya bukan hanya menjadi hamba/pelayan, namun juga ikut menderita dan mati, seperti yang Yesus telah lakukan. Kesediaan untuk menjadi hamba/pelayan, harus disertai pula dengan kesediaan untuk ikut menderita bahkan mati bagi Kristus.

The way to the kingdom is the way of the cross. If we want the glory of the kingdom, we must be willing to be united with the crucified Christ.