Thursday, March 3, 2011

Pengampunan: Hanya Ada di Dalam Tuhan


Mzm. 130:1-8
Sekian lama kita hidup sebagai orang Kristen, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, dan jika suatu kali kita melakukan dosa yang menurut kita terlampau besar, apa yang kita rasakan? Kita mungkin akan merasa sebagai orang yang sangat hina di hadapan Tuhan, bahkan di dalam situasi tertentu justru kita malu kepada Tuhan, kemudian semakin jauh dan mundur dari hadirat Allah. Ada suatu rasa bersalah yang sangat besar terhadap Allah, sehingga kita malu menghadap Dia, dan semakin jauh meninggalkan Tuhan.

Perikop kita hari ini memperlihatkan situasi serupa, ketika pemazmur merasa sangat berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan, -- “Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan!” Jurang menggambarkan jarak yang begitu jauh antara Allah yang suci dan kudus dengan manusia yang penuh dosa dan cela. Dari jarak yang begitu jauh itu pemazmur mengharap perhatian Allah akan pengampunan atas dosa-dosanya. Pemazmur sadar bahwa tidak akan ada orang yang dapat tahan berdiri dengan segala dosanya di hadapan Tuhan Sang hakim yang adil pada saat Penghakiman Terakhir nanti. Karena itu, pemazmur datang ke hadirat Tuhan memohon belas kasihan akan pengampunan. Dan yang dilakukan oleh pemazmur ini adalah tepat, karena ada pengampunan yang Tuhan sediakan bagi orang-orang yang mau datang kepada-Nya (4a). Tuhan ditakuti bukan hanya karena Penghakiman Terakhir, tetapi juga karena besarnya kasih pengampunan-Nya.

Ketika kita merasa bahwa kesalahan, dosa, dan cacat cela begitu besar sehingga tidak ada orang yang dapat menolong kita, maka datanglah kepada Yesus. Akui dosa-dosa secara pribadi kepada Tuhan, mohon pengampunan-Nya. Di dalam Tuhan ada pengampunan yang sejati. Percayalah bahwa Ia telah mengampunimu, karena Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih setia, panjang sabar, serta pengampun. Tidak ada dosa yang terlebih besar daripada kasih pengampunan-Nya.

*Telah dimuat dalam renungan PELITA

Ku Tak Akan Menyerah


Kis. 5:17-25.
Di dalam sejarah Kekristenan, ada banyak kali para pengikut Kristus diperhadapkan dengan bahaya, dalam bentuk penganiayaan, penderitaan, dan tekanan-tekanan. Tidak berbeda dengan zaman kita hidup saat ini, jika kita melihat di situs www.persecution.com, kita akan mendapati ada banyak anak-anak Tuhan di berbagai macam tempat di dunia ini menghadapi tantangan dan tekanan di dalam beribadah dan memberitakan firman Tuhan. Saat ini, kita akan melihat apa yang dilakukan Allah melalui para rasul di dalam keadaan seperti itu.

Di dalam perikop ini para rasul dimasukkan ke dalam penjara oleh Imam Besar dan para pengikutnya hanya karena alasan iri hati. Di perikop sebelumnya (5:12-16) mencatat semua yang dilakukan para rasul. ‘Ketenaran’ dan ‘kesuksesan’ para rasul dalam mengabarkan Injil, mengadakan mujizat dan tanda-tanda telah membuat Imam Besar ‘kebakaran jenggot’ dan iri hati. Nah, karena faktor inilah, Imam Besar dan para pengikutnya memasukkan mereka ke dalam penjara dengan tujuan supaya mujizat, tanda-tanda, dan pengajaran firman yang dilakukan para rasul terhenti, serta Imam Besar dapat kembali ‘tenar’ seperti semula.

Namun sayang, apa yang Imam Besar dan pengikutnya lakukan nampak sia-sia belaka, karena sebenarnya mereka melawan Allah yang berada di belakang dan mendukung para rasul. Malaikat Allah membebaskan para rasul dari penjara dan memerintahkan mereka pergi ke Bait Allah untuk mengajar dan memberitakan firman Allah kepada banyak orang. Dan para rasul taat kepada perintah malaikat Tuhan itu. Para rasul tetap mengajar dan memberitakan firman, meskipun mereka telah merasakan ketidaknyamanan penjara kota. Para rasul tidak menyerah memberitakan Injil karena mereka yakin dan sadar ada Allah yang mendukung dan memimpin langkah mereka.

Melalui renungan hari ini, saudara diajak untuk tidak menyerah terhadap segala tantangan dan hambatan khususnya ketika kita beribadah dan memberitakan Injil Allah. Apakah selama ini sikap kita dalam beribadah terpengaruhi oleh ketakutan akan tekanan pihak mayoritas? Apakah kita terus setia mengajar dan memberitakan Injil, walau ada tantangan dan bahaya menghadang kita? Biarlah sikap hati dan mental para rasul ada di dalam hati kita ketika kita menjalankan Amanat Agung Yesus di dalam dunia ini.

*Telah dimuat dalam renungan PELITA.