Thursday, July 8, 2010

BERDOA: MENGUBAH yang MUSTAHIL MENJADI NYATA (1 Sam. 1:1-28)


1. Hari ini saya akan membagikan kesaksian saya setelah sedemikian lama saya mengikut Tuhan. Satu dari banyak perbuatan Tuhan yang ajaib yang tidak dapat saya pikirkan dan saya duga, akan saya bagikan di sini.
2. Karena budaya kita berbeda maka dengan berat hati saya memberitahu saudara bahwa sebenarnya saya sudah mempunyai dua istri dan saya punya banyak anak. Istri pertama saya, dia mandul, gak punya anak. Waktu tahu dia mandul, saya malu sekali. Malu karena kehadiran anak sangat penting bagi ekonomi keluarga, sebab mereka ini adalah sumber penghasilan keluarga. Bisa saja saya ceraikan dia, tetapi saya memilih untuk tetap menjadikan dia sebagai istri saya, saya sayang banget sama dia. Dia juga akhirnya menginjinkan saya untuk mengambil perempuan lain untuk menjadi istri kedua saya, dan dari perempuan kedua ini saya punya banyak anak.
3. Itulah budaya saya. Kalo dalam budaya saudara, pemerintah menyarankan punya satu istri dan dua anak, maka dalam budaya saya, saya diperbolehkan punya istri lebih dari satu dan banyak sekali anak. Kata orang banyak anak banyak rejeki, dikit anak dikit rejeki. Nah, maka dari itu, saya punya banyak anak, supaya banyak rejeki. Tapi saya didik mereka untuk bekerja, sehingga nanti mereka bisa memelihara orang tuanya kalo sudah tua. Anak-anak ini juga sebagai penerus keturunan saya. Mereka ini penerus nama keluarga dan pewaris kekayaan saya.
4. Nah sekarang ini saya sudah punya satu anak yang sangat saya kasihi. Tuhan yang memberikannya kepada istri pertama saya. Begini ceritanya:
5. Waktu itu kami sekeluarga rutin pergi tiap tahun untuk berbakti kepada Allah. Saya, kedua istri, dan anak-anak saya pergi ke luar kota menghadap Tuhan. Tiap tahun istri pertama saya selalu menangis. Ia selalu bersedih hati, tidak mau makan karena selalu saja dihina, diejek oleh istri kedua saya. Saya tahu permasalahan utama dia adalah karena kemandulannya. Saya sebagai suami juga tidak bisa berbuat banyak. Saya hanya bisa berharap keberadaan saya ini cukup daripada banyak anak laki-laki.
6. Ketika kami sampai di Silo, seperti biasa istri tidak mau makan, sedih, lantaran ejekan istri kedua saya. Tetapi ada yang lain pada tahun itu. Selesai waktu kami makan dan minum, istri pertama saya pergi berdoa, dia menangis di hadapan Tuhan. Dia berdoa, menangis sambil bernazar kepada Tuhan. Katanya: TUHAN Yang Mahakuasa, perhatikanlah hamba-Mu ini! Lihatlah sengsara hamba. Ingatlah kepada hamba dan jangan lupakan hamba! Jika Engkau memberikan kepada hamba seorang anak laki-laki, hamba berjanji akan memberikan dia kepada-Mu seumur hidupnya (BIS).
7. Lihatlah! Ada tekanan yang hebat di dalam dirinya. Tekanan komunitas sosial, tekanan istri kedua saya, tekanan dari dirinya sendiri bahwa dirinya mandul, dan imampun mengatakan dia mabuk. Dalam beratnya tekanan yang dia derita, dia tidak menyerah pada situasi, tetapi dia berserah, dia sampaikan pergumulan hidup utamanya kepada Tuhan melalui dia berdoa. Istri saya adalah sosok perempuan yang tegar. Saya kira, saya tidak salah memilih dia menjadi istri saya, dan saya tidak menyesal saya mengasihi dia meskipun dia mandul. Barangkali si Peter itu akan mengikuti jejak saya.
8. Yang mengejutkan adalah setelah berdoa, wajahnya berseri-seri, seolah tidak ada beban lagi, dan dia mau makan. Kesusahannya tetaplah kesusahan, tetapi dia tidak mau terus berada di dalam kesusahan itu. Penyerahan di dalam doa adalah penyerahan totalitas hidup ke dalam kedaulatan Tuhan. Itulah sebabnya tidak perlu lagi kekuatiran, dan kesedihan itu berlarut-larut. Keesokan paginya kami kembali ke Rama.
9. Setahun kemudian setelah dia berdoa, akhirnya dia mengandung dan melahirkan anak laki-laki. Kami menamainya Samuel. Kalo di Alkitab ini artinya: Aku telah memintanya daripada Tuhan. Kalo di dalam bahasa Ibrani, kami mengartikannya dengan frasa “didengar Tuhan.” Ya kira-kira sama artinya. Istri saya meminta dari Tuhan, dan Tuhan mendengarkan doanya. Kelahiran Samuel bagi saya merupakan hadiah dari Tuhan. Inilah anak yang saya tunggu-tunggu dari istri yang sangat saya cintai.
10. Setelah lahirnya Samuel, saya dan keluarga mau pergi kembali untuk beribadah ke Silo, mempersembahkan korban sembelihan dan korban nazar. Tetapi istri saya gak ikut, katanya mau menunggu sampai Samuel tidak menyusu lagi. Saya menyetujuinya.
11. Dua atau tiga tahun kemudian, istri saya pergi untuk beribadah, sekaligus mempersembahkan korban lembu jantan pada Tuhan. Di bait Allah itu, istriku, Hana, menyerahkan juga Samuel (3 tahun) kepada Tuhan untuk bekerja dan melayani di Bait Suci. Istriku memenuhi nazarnya kepada Tuhan.
12. Dari peristiwa ini, ada begitu banyak berkat rohani yang saya terima. Saya merasa Tuhan membentuk saya dengan begitu luar biasa. Setelah semua ini terjadi, Dia mencoba memperlihatkan kepada saya dan dunia saat ini bahwa Dia Allah yang berkuasa atas segalanya.
13. Pada mula, ketika Dia menutup kandungan istri saya, Dia mau supaya saya belajar untuk tetap mengasihi dia, meskipun dia mandul dan begitu banyak orang mencelanya. Tuhan ingin saya belajar untuk mengasihi istri saya, menemani dia apapun keadaannya dan dalam segala kesusahannya.
14. Ketika Tuhan mengingat kesengsaraan istri saya dan kembali membuka kandungannya, lalu saya mendapat anak yang istimewa, saya belajar menyerahkannya kembali kepada Allah, mempersembahkan kepada Tuhan untuk Tuhan pakai menjadi alat Tuhan sendiri. Setelah saya mempersembahkan Samuel sebagai harta paling berharga di dalam hidup kami, Tuhan ternyata mengaruniakan lagi tiga anak laki-laki dan dua perempuan (2:21) kepada kami. Wow! Di sini saya belajar Dia adalah Tuhan yang tahu benar akan kebutuhan utama kebahagiaan keluarga saya. Ketika semuanya ini sudah terjadi, saya belajar di dalamnya, Dialah Tuhan yang merencanakan sesuatu yang besar, melahirkan seorang nabi/hamba Tuhan yang diperkenan Tuhan bagi bangsa kami.
15. Sebelum saya ke sini, saya ngobrol sama istri saya Hana, apa berkat yang kamu peroleh dari peristiwa ini. Dia menjawab: satu hal yang membuat dia sukacita adalah ketika Tuhan mendengar kesusahannya, Tuhan mendengar doanya, dan Dia mengabulkan permohonannya. Setelah dia menyerahkan anak yang ditunggu-tunggunya seumur hidup kepada Tuhan, sukacitanya menjadi sempurna, saat Tuhan ga cuma kasih Samuel saja, Tuhan kasih lagi 3 laki 2 perempuan pada kami. Bertahun-tahun dia menunggu, tetapi pada saatnya tiba, Tuhan memberi lebih dari apa yang dapat kami duga.
16. Demikianlah orang yang berserah pada Tuhan di dalam doa. Istri saya menjadi contoh nyata kebaikan dan kemurahan Tuhan. Dikala ada begitu banyak hal-hal yang kita rasa tidak mungkin terjadi, berserah dan berharaplah pada Tuhan. Di saat tidak ada lagi jalan keluar dari permasalahanmu, berlutut dan berdoa kepada Tuhan adalah satu-satunya yang bisa dilakukan. Bawa segala masalahmu di dalam doa. Dia akan bertindak secara ajaib di dalam hidup kita semua. Percayalah pada kuasa-Nya. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.

*BERDOA: MENGUBAH yang MUSTAHIL MENJADI NYATA (1 Sam. 1:1-28)
**Telah disampaikan dalam bentuk khotbah, Minggu, 4 Juli 2010.