Monday, January 25, 2010

KELAHIRAN KRISTUS MEMBAWA DAMAI BAGI DUNIA


Nats Alkitab: 1Yoh. 4:7-16, Yoh. 1:1-14.
Tujuan: agar jemaat mengerti dalamnya kasih Allah kepada manusia, dan menebarkan kasih dan damai yang Allah bawa itu kepada sesama.


SS, ketika dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang bebal dan jahat karena status mereka yang jatuh di dalam dosa, Allah berinisiatif untuk mengadakan pendamaian kembali, rekonsiliasi dengan umat-Nya yang berdosa ini. Bahkan sejak pada zaman para nabi, Tuhan sudah memberitakan bahwa ada seorang Pribadi yang akan datang untuk membawa damai bagi dunia ini. Kedatangan Allah sendiri ini akan mengubah dunia yang penuh dengan kegelapan, menjadi terang. Perseteruan, perselisihan antara Allah dengan manusia, diubah menjadi pendamaian dan umat-Nya yang percaya kepada kedatangan Putra-Nya itu, dapat menjadi agen, saluran tangan Allah membawa damai bagi sesama.

Syukur kepada Allah, ketika pendamaian ini terjadi ketika Yesus datang ke dalam dunia ini sebagai manusia yang sama seperti kita. Suatu misteri, bagaimana Yesus lahir melalui seorang anak dara. Inilah inkarnasi, yakni Allah yang telah datang, lahir sebagai manusia. Di tengah keterbatasan kita untuk mengerti misteri inkarnasi ini, Alkitab menyatakan bahwa Allah telah ada di dalam dunia dan Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, dan itu semua Ia lakukan karena KASIH.

SS, di dalam keadaan sebagai manusia, natur Yesus diragukan. Masih saja ada orang yang mengatakan bahwa tubuh Yesus adalah tubuh yang semu. Mereka mengatakan bahwa tubuh Yesus adalah Roh yang kelihatan, dan karena Roh, maka Ia tidak dapat merasakan apa yang manusia rasakan. Alkitab menyatakan dengan jelas, bahwa Yesus dapat merasakan seperti apa yang manusia pada umumnya rasakan. Ia bisa lapar, Ia bisa marah, Ia bisa merasakan sakit, dan sampai di atas Salib, Ia tetap menunjukkan kemanusiaan-Nya dengan berkata,”Aku haus.” Jadi jelas, bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Yesus ini pula, yang diam dan tinggal di dunia dan melayani orang-orang berdosa.

SS, Yoh.1:14 mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya…. Apa arti kata-kata ini? Sulit sekali mengartikan ayat ini. Begitu banyak pertanyaan yang timbul, salah satunya adalah Mengapa Firman itu menjadi manusia, menjadi daging, menjadi serendah manusia dan tinggal di antara manusia?? Namun, di sinilah keunikan kristiani dan konsep LOGOS (Firman) di dalam Injil Yohanes. Inilah inti doktrin Inkarnasi. Dia yang sesungguhnya adalah Allah, benar-benar menjadi manusia, dan tinggal di antara kita. Sesudah ayat 14 ini, istilah Logos atau Firman sudah tidak muncul lagi di dalam Injil Yohanes. Mengapa bisa terjadi demikian?? Karena sang Logos sudah menjelma menjadi manusia, Yesus, orang Nazaret. Maka Yesus dan Firman adalah identik, sama. Namun tidak sampai di situ saja, sebab Yohanes menambahkan, “kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa . . . .” Kemuliaan yang ada dan diberikan kepada-Nya itulah sebagai indikasi atau tanda bahwa Dia benar-benar Anak Allah.

SS, sungguh luar biasa bagaimana Sang Firman menjelma menjadi manusia dan diam di antara kita. Sungguh luar biasa ketika Yohanes memperlihatkan bahwa Yesus itu sendiri adalah Allah dan diam tinggal bersama kita. Jika natur manusia Kristus tidak berasal dari sumber yang sama dengan kita, maka tidak ada hubungan antara kita dengan Dia untuk melihat bahwa tugas pengantara-Nya penting bagi kebaikan kita. Oleh karena Ia dilahirkan melalui manusia, sehingga Ia bisa menjadi pengantara kita kepada Bapa, karena Ia adalah sama-sama manusia seperti kita. Ketika Dia ada di antara kita sebagai manusia, Dia bisa merasakan sakit, lapar, letih dan haus sama seperti manusia pada umumnya. Dia mengambil bentuk manusia agar Dia bisa sepenuhnya merasakan penderitaan kita sebagai manusia. Dia memasuki situasi kita untuk bertindak sebagai penebus kita. Dia menjadi Pengganti kita, Dia menanggung dosa kita dan menderita menggantikan kita. Dia juga menjadi pendahulu kita, dengan memenuhi semua tuntutan hukum Allah atas nama kita. Semua itu terjadi ketika Allah menjadi sama dengan manusia.

SS, begitu besar karya Allah kepada manusia yang berdosa ini. Satu alasan utama yang bisa dikemukakan, mengapa Yesus masuk ke dalam dunia ini adalah karena KASIHNYA. Kasih Allah yang melebihi dosa dan kesalahan kita. Ia tidak melihat betapa banyak dosa yang kita buat, tetapi Allah tetap mau datang ke dalam dunia untuk membebaskan manusia dari dosa. Yesus rela digantung di atas kayu salib, dan murka Allah ditimpakan kepada Anak-Nya, itu semua demi kita.

SS, kalau kita melihat bagaimana Allah pada mulanya menciptakan dunia ini dengan begitu sempurna dan indah, tetapi manusia yang merusakkannya. Manusia telah berada di bawah dosa. Manusia menjadi terhilang. Manusia menjadi begitu kotor dan hina di hadapan Allah. Hubungan Allah dan manusia menjadi putus. Tetapi Allah pula yang berinisiatif memulai hubungan yang baik dengan umat-Nya, semata-mata karena KASIH. Allah tidak dapat menyangkali sifat-sifat ke-Allahannya, yakni KASIH. Karena itu, Allahlah yang mengirim Anaknya ke dalam dunia menjadi pengantara manusia dengan Allah. Tanpa Allah sendiri yang masuk ke dalam dunia, mustahil manusia bisa mencapai Allah dan mendapat keselamatan itu. Bagaikan seseorang yang masuk ke dalam lubang yang dalam, pertolongan harus datang dari atas. Tanpa ada pertolongan dari atas, tentu orang yang di dalam lubang tidak bisa keluar, tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Karena itu, supaya manusia selamat, pertolongan harus datang dari atas, dari Allah dan manusia yang menerima pertolongan itu akan selamat. Kristus, Allah yang menjadi manusia itu, membuatnya mungkin terjadi. Kelahirannya sebagai manusia, untuk membawa manusia mempunyai hubungan yang baik kembali dengan Allah.

SS, suatu hari seorang guru Sekolah Minggu memberi tugas kepada murid-muridnya, ”Seperti apa ALLAH Bapa itu? Untuk mudahnya, kalian harus melihat Dia sebagai seorang papi.” ujar guru tersebut. Minggu berikutnya, sang guru menagih PR dari setiap murid. “Allah Bapa itu seperti dokter!” ujar seorang anak yg papanya adalah dokter. “Ia sanggup menyembuhkan penyakit seberat apapun !” “Allah Bapa seperti guru!,” ujar anak lain. “Dia selalu mengajarkan kita utk berbuat yg baik dan benar.” “Allah Bapa seperti hakim, Ia adil dan memutuskan segala perkara di bumi.” “Menurut aku, Allah Bapa itu seperti arsitek. Dia membangun rumah yg indah untuk kita di surga!” ucap seorang anak tidak mau kalah. “Allah Bapa itu pokoknya kaya sekali deh! Apa saja yg kita minta Dia punya!” ujar seorang anak konglomerat.
Guru tersenyum ketika satu demi satu anak memperkenalkan sosok Allah Bapa dengan semangat. Tetapi ada satu anak yg sejak tadi diam saja dan nampak risih mendengar jawaban anak-anak lain. “Eddy, menurut kamu Allah Bapa itu?” ujar ibu guru dengan lembut. Ia tahu anak ini tidak seberuntung anak-anak lain dalam hal ekonomi, dan cenderung lebih tertutup. Eddy hampir-hampir tidak dapat mengangkat mukanya, dan suaranya begitu pelan ketika menjawab, “Ayah saya seorang pemulung....jadi saya pikir.....Allah Bapa itu seorang pemulung ulung.” Ibu guru terkejut bukan main, dan anak-anak lain protes mendengar Allah Bapa disamakan dengan pemulung. Eddy mulai ketakutan. “Eddy,“ ujar ibu guru. “Mengapa kamu samakan Allah Bapa dengan pemulung?” Untuk pertama kalinya Eddy mengangkat wajahnya dan menatap ke sekeliling sebelum akhirnya menjawab, “Karena Ia memungut sampah yang tidak berguna seperti Eddy dan menjadikan Eddy manusia baru, Ia menjadikan Eddy anak-NYA.”

SS, memang, bukankah Dia adalah Pemulung Ulung? Dia memungut sampah-sampah seperti saudara dan saya, menjadikan kita anak-anakNya. Dia memungut sampah seperti kita dari kegelapan ke dalam terang. Dia memungut sampah seperti kita dari maut supaya kita hidup bersama Dia. Dia mengangkat kita dari seteru menjadi biji mata-Nya sendiri, bahkan menjadikan kita pewaris Kerajaan Allah.

SS, ketika Yesus lahir, itu berarti Allah sendiri yang bersedia menjadi pemulung, merendahkan diri-Nya, sampai sama seperti kita. Begitu besar kasih-Nya buat kita. Kedatangan-Nya membuat kita memiliki hidup yang baru di dalam Tuhan. Hidup yang berbeban berat, akan Ia buat lega. Hidup yang penuh dukacita, akan Ia isi dengan sukacita. Orang yang lemah, akan Ia kuatkan. Orang yang sakit, Ia akan sembuhkan. Orang yang terluka, Ia akan pulihkan.

SS, Kristus lahir ke dalam dunia untuk mendatangkan damai dan sukacita. Ia lahir memperdamaikan hubungan antara Allah dan manusia. Kalau Ia memperdamaikan hubungan Allah dan manusia, itu juga berarti hubungan manusia dan manusia, Ia pulihkan. Kalau hubungan itu, Ia pulihkan, berarti tidak ada lagi marah, tidak ada lagi musuhan, tidak ada lagi perseteruan. Yang ada hanyalah damai.

SS, Matius 5:9 mengatakan, “Berbahagialah orang-orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Di dalam bahasa Yunaninya, pembawa damai itu juga bisa berarti penjaga relasi yang baik, atau penjaga perdamaian. Tidak hanya membawa, menyatakan damai, tetapi juga menjaga agar damai itu tetap ada di dalam dunia ini. Bagi orang-orang yang seperti ini, Allah sendiri telah menyediakan upah. Upahnya apa? Upahnya adalah mereka akan disebut anak-anak Allah. Atau kalau dalam BIS, Allah akan mengaku mereka sebagai anak-anak-Nya.

SS, itulah tugas kita sebagai orang percaya, menyatakan dan membawa damai yang telah Tuhan nyatakan juga ke dalam dunia ini. Masalahnya adalah sudahkah kita melakukannya?? Kita yang telah diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Yesus, sudahkah kita berdamai juga dengan sesama? Sudahkah kita mengampuni orang yang bersalah sama kita? Sudahkah kita mengasihi mereka?

SS, kalau saya suruh kita mengucapkan sama-sama Yoh.3:16, pasti hafal semua bukan? Kata “Kasih” dalam Yoh.3:16, sebenarnya bukanlah kata benda. Adalah mudah kalau kita memberikan cinta kita kepada orang lain. Maksud saya adalah memberikan cinta, dalam bentuk benda, atau sesuatu. Itu sangat mudah, kalau boleh dibilang. Tetapi “Kasih” di Yoh.3:16 adalah kata kerja. Bukan pekerjaan yang mudah dilakukan. Apakah kita dapat dengan mudah mengasihi orang yang menyakiti hati kita? Apakah kita dapat dengan mudah mengasihi orang yang telah melukai perasaan kita? Apakah kita dapat dengan mudah mengasihi orang yang mencelakakan kita? Apakah kita dapat mengampuni mereka?? 1 Yoh. 4:11, ayat yang tadi kita sudah baca, lakukanlah itu.

SS, kalau kita pikir-pikir, layakkah kita menerima pengampunan Tuhan?? Layakkah kita yang hari demi hari berbuat dosa ini, menerima kasih Tuhan?? Tidak ada yang merasa layak, tetapi itulah Anugerah. Allah berinisiatif mengampuni dan mendamaikan kita. Sekarang apa tugas kita? Mari kita mulai berinisiatif mengasihi, mengampuni, dan menyatakan damai kepada orang lain, karena Tuhan telah terlebih dahulu melakukannya.

SS, ingatlah akan Natal, di mana bayi Yesus ada di dalam palungan, di kandang domba yang kotor, yang hina. Dan hati kita tidak lebih bersih dari kandang domba itu. Ke dalam dunia yang gelap ini, Yesus datang untuk membawa terang, Yesus datang membawa damai. Sudahkah kita membawa damai itu dan menyatakannya bagi setiap orang? Sudahkah kita membawa damai itu ke tengah keluarga kita? Sudahkah kita membawa damai itu ke tempat di mana kita bekerja? Sudahkah kita membawa damai itu ke dalam komunitas atau lingkungan sekitar kita? SS, satu obor bisa menyalakan ribuan obor lainnya, tanpa kekurangan terangnya, demikian juga Kasih dan damai yang kita terima dari Tuhan, tidak akan berkurang bila kita bagikan pada sesama. AMIN.

Thursday, January 7, 2010

SUKACITA DAN KEMATIAN

Menanggapi tulisan dari seorang teman (HTP) tentang kematian, maka saya juga akan membagikan sedikit pengalaman saya selama kurang lebih dua bulan di kota Sibolga ini. Selama saya pelayanan di Sibolga ini, ada beberapa kali saya melihat peristiwa kedukaan. Kebetulan dari beberapa yang saya lihat ini adalah kedukaan dari keluarga yang beragama Kristen. Menurut saya ini adalah peristiwa duka yang unik, dan belum pernah saya jumpai di Pulau Jawa. Mungkin karena faktor beda budaya, maka saya menyebutnya unik. Letak keunikan kedukaan ini ada pada lagu-lagu atau nyanyian yang mereka pakai pada kedukaan tersebut. Lagu-lagu yang mereka pakai adalah nyanyian atau lagu yang riang gembira. Entah itu lagu sekuler, atau lagu rohani yang biasa diambil dari KJ (Kidung Jemaat), atau lagu rohani daerah yang saya tidak tahu bahasanya, nada-nada yang dimainkan adalah nada-nada yang riang. Keunikan lainnya ada pada pakaian para pelayat yang hadir dalam kedukaan tersebut. Mereka memakai selendang Ulos (khas tanah Batak), dan juga kebaya. Dan pakaian yang para pelayat pakai ini menurut saya adalah pakaian yang meriah; dengan warna yang cerah, motif yang meriah. Dua keunikan inilah yang saya perhatikan pada peristiwa kedukaan di sini. Namun, yang membuat saya paling merasa tidak nyaman adalah pada lagu-lagu nyanyian yang mereka lantunkan.

Beberapa kali saya menemukan peristiwa kedukaan yang serupa, mendorong saya untuk bertanya, mengapa mereka melantunkan lagu-lagu dengan nada riang gembira?? Bukankah seharusnya sedih, meratap, dan menangisi jenazah keluarga mereka?? Apa maksudnya dengan semua ini?? Apakah budaya setempat yang mempengaruhi??

Dalam ketidakmengertian saya, saya bertanya kepada Ibu pendeta. Ibu pendeta menjelaskan bahwa kita bisa mengetahui yang meninggal itu umur berapa adalah dari lagu-lagu yang dinyanyikan. Dan dalam hal ini, jika lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu yang riang gembira dan meriah, berarti yang meninggal sudah cukup tua. Menurut mereka, adalah suatu sukacita dan bahagia apabila ada satu anggota keluarga mereka yang mendapat umur panjang dari Tuhan. Karena itu, kematian bagi mereka yang berumur cukup tua harus juga disyukuri, dirayakan dengan riang gembira, dan bukan dengan sedih hati.

Selama ini saya berpikir bahwa musik, lagu dan nyanyian riang itu adalah karena keyakinan para anggota keluarga bahwa orang yang meninggal tersebut sudah pasti ke Surga. Ternyata dugaan saya salah. Suasana sukacita, riang gembira hanyalah karena orang meninggal tersebut, hidup lama dan berumur panjang di dunia ini. Sukacita dan bahagia dikarenakan umur panjang, dan hidup yang lama.

Melalui hal ini saya berefleksi dan merenung, bukankah seharusnya rasa bahagia dan bersukacita itu dirasakan ketika yakin salah satu anggota keluarga ada bersama-sama dengan Yesus di Surga?? Di dalam kedukaan di atas, sepertinya terlihat yang mereka pedulikan hanyalah umur panjang dari salah satu anggota keluarga, dan atasnya mereka berbahagia serta bersukacita. Memang itulah yang terjadi. Mereka berbahagia dan bersukacita hanya dikarenakan orang yang mereka kasihi dan cintai memiliki umur panjang.

Mereka seolah tidak mau tahu dan tidak peduli, apakah orang yang meninggal tersebut sudah mengenal Yesus?? Yang jelas ada di pikiran mereka adalah orang yang saya kasihi dan yang telah meninggal ini telah memiliki umur panjang, dan karena itu saya bersukacita.

Hhmm, jelaslah sekarang mungkin ini bagian dari tradisi yang terus menerus terjadi. Entah dari mana datangnya pemikiran seperti ini. Apakah ada faktor budaya suku setempat yang mempengaruhi?? Entahlah, saya tidak bisa lebih jauh memikirkannya. Bagaimana gereja setempat menyikapinya?? Entahlah, saya kurang tahu kebijakan gereja suku setempat menyikapi situasi yang sudah menjadi tradisi ini.